#PuisiDarik | Damailah Negeriku

Kusulam senja dengan doa-doa Lewat semburat setiap binarnya Untuk bahagia tak terkatakan Demi harapan terbaik kehidupan Sepasang mata mengintip Mengabarkan lewat bisikan “Jangan terlena, Sayang.” Aku terdiam Munajat dalam Damai Semai Ditabur haru Ditabuh rindu Menelusup lewat tatapan Menyelinap dalam senyuman Berkembang penuhi semesta Merasuk tajam dalam sanubari Hati para pemilik negeri Bergandengan menuju satu…

#PuisiDarik | Selamat Pagi, Ampenan!

Di kotaku yang mungil Riuh adalah melodi terindahnya Pekikan menggema kala pagi Di sebuah pusat perdagangan Berkarib dengan tawar-menawar Berbincang dengan kebutuhan Bercanda dengan kenyataan Banyak kebahagiaan Pun kepahitan Risau Gaduh Terjebak kerumunan Terjerembab kepentingan Seolah enggan bersolek Sejatinya tidaklah begitu Ada banyak perubahan Sebagian mengeluh pendapatan berkurang Sebagian lagi menjajakan ketabahan Banyak memilih mati…

#PuisiDarik | Kepada Senja Aku Bertanya

Kepada senja aku bertanya Tentang makna kata sementara Namun senja diam saja Membisu hingga gulita tiba Kembali aku bertanya Jawabannya masih sama Bergeming dalam hening Senja berlari Menuju pekat Sunyi Sepi Senja berlalu Tinggalkan cerita Tentang keindahan sekejap Pun kebahagiaan sesaat Serupa kehidupan dunia Hadir sesaat dalam keindahan Singgah sejenak dalam kesementaraan Perlahan pergi meninggalkan…

Rindu Tanpa Kata ‘Rindu’

Malam merajam sunyi. Hening setia menemani. Pekat adalah karib bagi hati yang tidak lagi berhati. Terbiar sendiri dalam sunyi memang bukan pertama kali. Ini sudah untuk yang kesekian kali. Berat rasanya menahan keinginan mempertemukan waktu dengan temu. Terlebih dengan keadaan ketika tawa mampu menyembunyikan sesak dada yang lebam membiru. Sungguh suatu masa indah yang sayang…

Berbincang dengan Petang

“Hai, Petang!” “Hai juga! Ah! Rasanya lama sekali kau tak membuka suara. Ke mana saja?” “Tidak ada, Petang. Aku tak ke mana-mana. Hanya berputar-putar saja dengan bahagia sebagai pusatnya.” “Yakin?” “Tentu saja. Kenapa harus meragukannya?” “Aku tak meragukanmu. Hanya penasaran saja. Tentang apa yang membuatmu bahagia. Tentang apa yang membuatmu enggan beranjak dari sekitarnya.” “Adalah…

#TigaKata – Sapi. Sepi. Tepi.

Seekor sapi betina sedang duduk di sebuah padang. Angin malam berembus melahirkan kantuk tak kepalang. Ia sendirian saja. Sesekali ia menggelengkan kepala. Bunyi lonceng di lehernya bergemerincing saat itu juga. Ia terus berusaha membiarkan matanya terbuka. Ia hanya tak ingin tertidur tiba-tiba. Itu saja. Bahkan gulita tak menyurutkan niatnya untuk tetap terjaga. Pun nyeri pada…

#TigaKata – Rapuh. Sepuh. Simpuh.

Pagi yang rapuh. Air mata lupa tempatnya menyembunyikan luka. Bukan. Ini bukanlah rapuh yang sesungguhnya. Hanya rasa yang tersesat menuju doa. Bukan. Ini bukan luka yang sebenarnya. Hanya dibuat-buat agar tahu rasanya menjadi manusia. Ah! Ternyata ini bukan yang sejujurnya. Sebenarnya hanya ada rapuh. Termakan usia sepuh dalam ketakutan-ketakutan yang sebenarnya tak utuh. Hanya saja…

Percakapan dengan Senja

Pada senja aku bertanya, “Hei, Senja. Kenapa kau terburu-buru begitu?” Senja diam saja. Tak ada satu kata pun lahir dari bias jingganya. Hanya sisa tawa yang perlahan meredup di cakrawala. Aku pun kembali merangkai tanya, “Senja… Kenapa kau diam saja? Kenapa kau begitu enggan menerjemahkan rasa yang ada?” Senja tiba-tiba terbahak. Dalam gelak, ada cemooh…