#1Like1Blogpost ~ Seikat Sayur dan Harapan yang Hancur [3]

Baca juga: Seikat Sayur dan Harapan yang Hancur (Bagian 2) “Sudah enggak zaman lagi lewat minuman, Nak. Kalau Mbah bisa lewat apa saja. Paling manjur, ya, lewat apa yang sering kamu bawa setiap hari.” “Saya tiap hari bawa sayur, Mbah. Gimana? Bisa enggak, Mbah?” Tanpa menjawab pertanyaan Rani, lelaki dengan ikat kepala itu merapalkan mantra…

#1Like1Blogpost ~ Seikat Sayur dan Harapan yang Hancur [2]

Baca juga: Seikat Sayur dan Harapan yang Hancur (Bagian 1) “Aku kurang apa, Pah?!” Pak Soni tak menjawab pertanyaan istrinya. Dia memilih bergegas masuk mobil dan berangkat kerja. Hari ini, dia berangkat kerja lebih pagi. Ada hal yang harus segera dia selesaikan. Dia bahkan tak sengaja hampir saja menabrak gerobak sayur. Di depan jalan utama…

#1Like1Blogpost ~ Seikat Sayur dan Harapan yang Hancur [1]

“Hahaha… Kenapa, Ran? Kamu masih merasa diri lebih suci? Hahaha…” Sungguh senja yang berat oleh kata-kata terakhir Adam sebelum akhirnya mereka berdua berpisah di jalan kompleks perumahan itu. Rani sama sekali tak menyangka maksud baiknya justru berbalik melukai hatinya. Hampir lima tahun mengenal Adam, bukan waktu yang singkat untuk memahami kepribadian Adam. Dia hafal betul,…

#1Like1Blogpost ~ Sepotong Roti dan Kenangan yang Menyertai [3]

Baca juga: Sepotong Roti dan Kenangan yang Menyertai (Bagian 2) “Kenapa jadi aku yang disalahin?” “Adam… Maaf, ya. Menurutku dalam hal ini emang kamu yang salah. Kamu udah berani main api.” “Heh! Rani! Jangan asal ngomong, ya. Bukannya kamu yang dulu ngajarin aku? Kamu lupa?!” Hening membius kedua pedagang keliling kompleks itu. Keduanya menundukkan kepala.…

#1Like1Blogpost ~ Sepotong Roti dan Kenangan yang Menyertai [2]

Baca juga: Sepotong Roti dan Kenangan yang Menyertai (Bagian 1) “Kamu mau main-main sama aku, ha?! Kamu kira aku enggak tahu semua perbuatanmu, Noura?!” Brak! Terdengar suara barang dibanting ke lantai. Tak lama kemudian disusul dengan suara pecahan kaca. Berkali-kali. Bertubi-tubi. Suara-suara itu berebut dengan isak seorang perempuan dengan rambut acak-acakan yang terduduk di sudut…

#1Like1Blogpost ~ Sepotong Roti dan Kenangan yang Menyertai [1]

“Jangan ke sini! Aku enggak mau makan roti lagi! Ngerti?!” Setelahnya terdengar derit dipan saat sesosok tubuh terempas begitu saja di atas seprai lusuh pembungkus kasur. Sosok itu, lelaki muda dengan tubuh bersih dan terawat, terlihat mengacak-acak rambut lurus dan tebalnya. Sesekali terdengar teriakan yang disambung dengan umpatan. “Setan! Padahal sekarang jadwalnya! Argghhh!”

#CERBUNG – MAS(S)A Bagian 2

ARION: Tombol Pengingat   Pohon cemara itu tidak seharusnya tumbang. Bukan waktunya. Tapi, apa pun bisa saja terjadi bukan? Bahkan, pada saat yang tidak seharusnya sekalipun. Suara yang keras berhasil membangunkan seorang lelaki yang tidur meringkuk. Arion. Memang hawa dingin tak terelakkan. Penghangat ruangan kualitas terbaik pun sepertinya tidak mampu mengusir hawa dingin yang menusuk…

#Cerbung – MAS(S)A Bagian 1

PISCESSA: Sepasang Sepatu Tua Piscessa membuka mata. Retina matanya tak mampu membiaskan bayangan benda di kamarnya. Gelap. Syaraf sadarnya memerintahkan tangannya meraba nakas di samping tempat tidurnya. Syaraf ujung jarinya belum bisa menemukan benda yang dicari. Dalam kegelapan dia tidak bisa melakukan apa-apa. Persis seperti saat pertama kali dia mendapati kenyataan, bahwa Arion memutuskan hubungan…

Keputusan dalam Keputusasaan [10]

Bukankah ada jalan untuk setiap semangat yang ingin diwujudkan? Atau lebih baik menyerah sebelum tahu apa yang akan didapatkan? Angelica Hari kesepuluh bulan Ramadan. Aku masih menduga-duga tentang apa yang kujalani. Dilema membebatku dalam keinginan dan kebutuhan. Aku ingin dicintai oleh orang yang tepat, tetapi aku juga butuh diberikan kasih sayang yang tulus. Semua hal…

Keputusan dalam Keputusasaan [9]

Kadang keyakinan mengalahkan keraguan. Tapi, ada kalanya sebaliknya bukan? Adam Puasa hari kesembilan. Masih seperti hari-hari sebelumnya. Toko buku, pelanggan, dan cinta yang entah. Menikmati kesendirian sebelum tiba masanya pertemuan adalah caraku agar tetap kuat. Aline adalah satu-satunya alasanku. Aku bahkan tak punya alasan lain untuk tidak menunggunya yang sebenarnya sudah tampak di depan mata.…