#CeritaSudutKota – Mengajak Ingatan Menyusuri Kenangan Masa Kecil

Memotret bagian yang kadang luput dari perhatian

image

Aha! Siapa yang tidak tahu nama permainan anak-anak ini. Jangankan anak-anak, orang-orang dewasa yang pernah jadi anak-anak pada zamannya juga tahu. Odong-odong. Sederhana. Sesederhana bentuk dan penampilannya. Hanya berupa kotak persegi dengan beberapa tunggangan untuk anak-anak berbagai bentuk dan lampu warna-warni. Dilengkapi dengan roda, cukup dipindah-pindahkan tempatnya dengan sepeda motor.

Di balik nama dan penampilannya yang sederhana, tersimpan cerita istimewa. Benarkah? Iya. Cerita seperti apa? Ah! Rasanya tidak perlu banyak tanya. Sebab setiap kita pasti sudah tahu jawabannya. Hanya saja berbeda dalam menerjemahkan makna di baliknya. 

Melihatnya kadang timbul iri. Lho kenapa? Pada zaman saya masih anak-anak, kurang lebih empat dekade lalu, belum ada mainan seperti ini. Boro-boro lampu warna-warni. Listrik saja belum ada. Satu-satunya sumber cahaya yang paling ditunggu hanyalah sinar bulan. Hayo ngaku? Zaman kalian juga seperti itu, kan? Iri di sini lebih pada kemudahan dalam akses memperoleh hiburan. Wajar sih sebenarnya. Dulu untuk bisa melihat lampu warna-warni harus menunggu diajak orang tua ke pasar malam yang entah kapan diselenggarakan. Sekarang orang tua tak perlu serepot itu lagi.

Di berbagai sudut kota sudah ada odong-odong. Tak terkecuali odong-odong yang mangkal menunggu rengekan anak-anak di depan ruko komplek Niaga Supermarket Ampenan. Hampir tiap malam odong-odong itu beroperasi. Kadang-kadang diawali tangisan anak-anak dan cemberut orang tuanya. Lalu berakhir dengan tawa bahagia anak-anak dan muka masam orang tuanya. Namun, tak jarang berawal bahagia dan berakhir serupa oleh keduanya.

Dan selama odong-odong berputar, jika jeli memperhatikan, ada yang yang lebih membuat bahagia. Apa lagi kalau bukan lagu-lagu yang mengiringinya. Ini yang membuatnya istimewa. Lagu anak-anak yang hits pada zamannya. Bagaimana tidak istimewa. Lagu anak-anak yang diputar sarat makna dan sesuai usia mereka. Bukan lagu cinta-cintaan dari kelompok anak-anak yang ‘dipaksa’ cepat dewasa. Bukan juga lagu-lagu dengan lirik yang belum pantas untuk dinyanyikannya. Bukan pula nyanyian dengan lirik bahasa asing yang sama sekali tidak mereka pahami artinya. 

Lagu yang mereka dengar adalah lagu-lagu mereka sejatinya. Lagu-lagu yang mau tidak mau mengajak ingatan orang tua mereka untuk menyusuri kenangan bahagia masa kecilnya. Seharusnya, kelak mereka juga bisa merasakan seperti orang tuanya. Bukan kenangan pada dunia yang ‘memaksa’ mereka untuk tumbuh besar secara tidak semestinya,matang sebelum masanya. Sesekali ajaklah anak Anda. Katakan padanya, “Nak… Jangan lupa dengarkan lagunya saat naik odong-odongnya, ya”. Demikian. Sederhana saja.

– mo –

3 thoughts on “#CeritaSudutKota – Mengajak Ingatan Menyusuri Kenangan Masa Kecil

  1. Saya seumur hidup belum pernah naik odong2, jadi gak akan terkenang apapun kalo nanti suatu saat anak saya naek odong2. hihi

  2. Arya, kalau naik delman atau kereta kelinci, yang ditanya pertama adalah, “Mama, lagu anak-anaknya mana?”

    Saat itu, aku merasa bersyukur sekali 🙂

Leave a comment